BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya setiap mahluk hidup pasti akan melakukan
proses perbanyakan atau reproduksi yang mempunyai tujuan utama untuk
mempertahankan keberadaan jenisnya secara berkelanjutan. Cara perbanyakan
mahluk hidup dapat di bedakan menjadi dua yaitu perbanyakan secara generatif
dan perbanyakan secara vegetatif.
Perbanyakan secara generatif merupakan proses
perkembangbiakan yang melibatkan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
Proses peleburan dua gamet ini biasa kita sebut pembuahan. Perbanyakan secara
generatif terjadi pada tumbuhan berbiji, baik gimnossperma (berbiji terbuka)
maupun angiossperma (berbiji tertutup). Sedangkan perbanyakan secara vegetatif
merupakan cara perkembangbiakan tanpa melalui proses peleburan dua gamet,
artinya satu induk tumbuhan dapat memperbanyak diri menghasilkan keturunan yang
memiliki sifat identik dengan induknya. Perbanyakan secara vegetatif dapat
terjadi secara alami atau buatan (artifisial).
Perbanyakan secara vegetatif alami merupakan cara
perkembangbiakan yang dilakukan tumbuhan tanpa melibatkan bantuan manusia.
Contoh perbanyakan secara vegetatif alami antara lain : Rhizoma, Stolon, Umbi
lapis, Tunas, Umbi batang, Spora. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif buatan
merupakan cara perkembangbiakan tumbuhan yang sengaja dilakukan oleh manusia.
Manusia sengaja memanfaatkan kemampuan maristematis tumbuhan untuk menghasilkan
lebih banyak keturunan. Cara perbanyakan ini tergolong cara yang sangat efektif
karena dilakukan dalam waktu yang relative lebih singkat dibandingkan dengan
perbanyakan secara vegetatif alami. Contoh perbanyakan secara vegetatif buatan
antara lain : Setek, Cangkok, Sambung Sisip, Tempel (okulasi), Sambung Pucuk,
Sambung Susu, Kultur Jaringan.
Pada makalah kali ini kita akan membahas tentang
pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture) melalui perbanyakan genetika dengan pembibitan vegetatif
buatan yaitu teknik sambung pada tanaman kelengkeng. Seperti yang sudah di
jelaskan sebelumnya bahwa perbanyakan secara vegetatif buatan merupakan cara
perkembangbiakan tumbuhan yang sengaja dilakukan oleh manusia. Tujuan utama
melakukan teknik sambung ini adalah untuk menggabungkan dua sifat unggul dari
individu yang berbeda. Jadi selain bisa menghasilkan keturunan tumbuhan
tersebut juga bisa menghasilkan variestas tanaman yang baru dengan
menggabungkan dua sifat unggul tanaman yang masih ada dalam satu genus atau
keluarga. Teknik sambung pada makalah kali ini akan kita terapkan pada tanaman kelengkeng.
Tanaman Kelengkeng merupakan tanaman buah berbentuk bulat dengan ukuran
kurang lebih sebesar kelereng, buah ini bergerombol pada malainya. Kulit
buahnya berwarna cokelat muda sampai kehitaman dengan permukaan agak
berbintil-bintil. Daging buahnya berwarna putih bening clan berair. Rasanya
sangat manis dengan aroma harum yang khas. Bijinya berbentuk bulat, terdiri
dari dua keping, dan dilapisi kulit biji yang berwarna hitam. Daging bijinya
sendiri berwarna putih, mengandung karbohidrat, sedikit minyak, dan saponin serta cocok digunakan untuk melakukan persilangan agar
mendapatkan varietas baru dengan bentuk dan buah yang lebih banyak.
Makalah ini dibuat untuk memberikan proses tentang
pengelolaan sumberdaya untuk kepentingan pertanian melalui penggunaan teknik
sambung pada tanaman kelengkeng yang nantinya akan bisa meningkatkan kualitas
lingkungan serta dapat menunjang ketersediaan pangan sektor hortikultura.
Mengingat proses pembuatannya tergolong tidak menyita waktu dibandingkan
melakukan perbanyakan secara vegetatif alami. Selain itu makalah ini dapat
memperjelas kembali mengenai penggunaan teknik sambung dalam perbanyakan
tanaman secara vegetatif buatan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai
berikut.
1) Apa pengertian, macam, dan tujuan dari teknik sambung ?
2) Bagaimana langkah-langkah dalam menggunakan
macam-macam teknik sambung pada tanaman kelengkeng ?
3) Mengapa Perbanyakan Genetika dengan Pembibitan
Vegetatif Buatan bisa menunjang ketersediaan pangan sektor Hortikultura?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini berdasarkan
rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui pengertian, macam, dan tujuan dari
teknik sambung.
2) Untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu digunakan
dalam penggunaan teknik sambung pada tanaman kelengkeng.
3) Untuk mengetahui bahwa Perbanyakan Genetika dengan
Pembibitan Vegetatif Buatan bisa menunjang ketersedian pangan sektor
Hortikultura.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1) Bagi Mahasiswa
Dengan pembuatan makalah mengenai
perbanyakan vegetatif buatan teknik sambung pada tanaman kelengkeng hendaknya mahasiswa
dapat mengetahui arti dan tujuan dari pengguanaan teknik sambung dan dapat
memperjelas penggunaan teknik ini dengan langkah-langkah yang telah di terapkan
pada tanaman kelengkeng.
2). Bagi Masyarakat
Dengan
perbanyakan vegetatif buatan teknik sambung ini diharapkan masyarakat mampu
mengaplikasikan teknik ini dilapangan secara langsung supaya sektor
Hortikultura bisa berkembang dengan baik dan bisa menjadi andalan dalan
menunjang ketersediaan pangan secara nasional.
3). Bagi
STPP Malang
Dengan
makalah ini semoga bisa menjadi referensi untuk para mahasiswa yang lain dalam
mengembangkan sektor hortikultura melalui Perbanyakan Genetika dengan
Pembibitan Vegetatif Buatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PengertianTeknik Sambung
2.1.1 Pengertian Teknik Sambung dan Macamnya
Menyambung
merupakan penggabungan batang bawah dengan batang atas dari tanaman yang
berbeda sedemikian rupa sehingga terjadi penyatuan, dan kombinasi ini akan
terus tumbuh membentuk tanaman baru. Terjadinya penyatuan ini disebabkan
oleh menyatunya kambium batang bawah dan kambium batang atas.
Pada dasarnya sangat banyak teknik sambung yang dapat
kita gunakan tergantung dari berbagai macam tanaman yang akan kita jadikan
media untuk perkembangbiakannya. Sambung pucuk adalah penyatuan pucuk (sebagai
calon batang atas) dengan batang bawah sehingga terbentuk tanaman baru yang
mampu saling menyesuaikan diri secara kompleks. Ada beberapa cara penyambungan
yang dapat dilakukan antara lain adalah :
2.2 Perbanyakkan
Vegetatif Buatan
2.2.1
Sambung Pucuk
Salah satu bibit klonal (bibit yang diperbanyak secara vegetative) tanaman buah yang sering
dibuat oleh penangkar bibit adalah bibit sambung pucuk, yaitu bibit yang dibuat
dengan cara menyisipkan entres batang atas dari pohon indukan terpilih ke
batang bawah lokal yang dipotong pada ketinggian tertentu dan dibelah pada
bagian tengah atau bagian samping batangnya. Batang bawah biasanya merupakan
bibit yang ditanam dari biji (seedling).
Beberapa alasan mengapa
bibit tanaman buah dibuat dengan cara sambung pucuk (cleft grafting / top grafting) karena lebih mudah dilakukan saat
batang bawah berumur masih cukup muda tanpa perlu menunggu batang bawah berumur
cukup tua sehingga lebih efisien dari sisi waktu penyiapan batang bawah (root stock), pertumbuhan entres yang
relatif lebih cepat dibanding cara okulasi (tempel mata), lebih efisien dalam
pemanfaatan jumlah entres dibanding bibit sambung susuan, dan pertumbuhan bibit
yang lebih vigor dibanding bibit okulasi pada kondisi lingkungan pertumbuhan
tanaman yang sama, berikut
cara dan langkah-langkah untuk melakukan perbanyakan vegetatif buatan sambung
pucuk
a). Alat dan Bahan :
1). Entres/batang atas dan root stock/batang bawah
2). Tali plastik, pisau okulasi atau silet
3). Sungkup plastik
b). Cara Kerja :
Langkah pertama adalah Memilih batang bawah yang diameter disesuaikan
dengan besarnya batang atas, batang atas panjang 20-25 cm sedangkan batang
bawah dipotong setinggi 20-25 cm di atas permukaan tanah. Batang bawah dibelah
membujur sedalam 2-2,5 cm, Kedua
pangkal entres disayat sepanjang 2-2.5 cm hingga menyerupai huruf “ V “ atau
baji.
Batang
atas dimasukkan ke dalam belahan batang bawah, perhatikan agar kambium entres
bisa bersentuhan dengan kambium batang bawah.
Pengikatan dengan tali plastik adalah dari bawah keatas agar air tidak
masuk ke celah sambungan, sungkup dengan kantong plastik bening/ plastik es
kemudian ditempatkan di bawah naungan agar terlindung dari panasnya sinar
matahari. Setelah sambungan umur 2-3 minggu, biasanya sambungan bertunas dan
sungkup plastiknya dibuka
2.2.2 Sambung
Sisip
Sambung sisip
sebenarnya bukan teknik baru karena cara ini sebenarnya hanya memodifikasi
teknik sambung mata alias okulasi. Dikatakan modifikasi karena "step by
step" hampir mirip dengan okulasi, namun jika pada teknik okulasi yang
ditempelkan adalah mata tunas, maka pada sambung sisip yang ditempelkan adalah
ranting muda.
Teknik okulasi hanya
menempelkan 1 mata tunas saja, maka pada sambung sisip dapat ditempelkan
ranting muda dengan lebih dari 1 mata tunas, bisa 2 mata tunas sekaligus,
bahkan lebih. Dengan demikian, jika mengandung lebih dari 1 mata tunas, maka
titik percabangan rendah dapat direkayasa dari awal, sejak bibit tersebut
dibuat, karena bibit dengan percabangan rendah atau percabangan yang
langsung muncul di titik sambungan akan menghasilkan tanaman yang
rendah namun kompak, rimbun, dan dengan tajuk yang membulat, satu model yang
sangat ideal untuk para penghobi tanaman buah dalam pot maupun untuk
penanaman di lahan.
Jika penempelan ranting
muda berhasil, pertumbuhan tunas dari ranting muda tersebut juga cenderung
lebih cepat dibanding tunas yang muncul dari penempelan mata pada okulasi,
dengan demikian hal ini menjadi solusi bagi mereka yang menginginkan
pertumbuhan bibit yang lebih cepat bongsor.
a). Alat dan Bahan :
1). Entres/batang atas dan understump/batang bawah
2). Tali plastik, pisau okulasi atau silet
3). Sungkup plastik
b). Cara Kerja :
Langkah
pertama adalah siapkan batang bawah yang pertumbuhan tanamannya sehat, daun di
bagian ujung tunas telah berkembang sempurna dan berwarna hijau tua. Itu tanda
bahwa tanaman sedang berada dalam keadaan dorman, tidak terjadi aktifitas
pembelahan sel yang intensif di bagian tunas-tunas ujung tanaman.
Dalam kondisi seperti
ini, kambium tanaman berada keadaan maksimum, lapisannya kambiumnya tebal, dan
sangat ideal untuk proses pengelupasan kulit batang dan penyambungan serta
penyatuan entres. Pilih titik penyambungan, kira-kira 15 hingga 25cm di
atas pangkal batang, iris kulit batang di titik penyambungan tersebut memanjang
dari atas ke arah bawah, sepanjang 3-5cm, dengan lebar 7-10mm.
Potong melintang kulit
batang pada bagian atas, lalu congkel menggunakan mata pisau, kemudian tarik
kulit batang pelahan dengan hati-hati agar tidak putus atau robek. Potong
"lidah" kulit batang tersebut dengan menyisakan kulit batang
sepanjang 1 cm di bagian bawah yang nantinya berfungsi sebagai dudukan atau
penyangga entres yang akan ditempelkan ke batang bawah.
Beberapa kasus
memperlihatkan bahwa kulit batang tidak dapat dikelupas dan lengket saat ditarik,
ini adalah tanda bahwa lapisan kambium batang bawah berada dalam keadaan
minimum dan sangat tipis. Batalkan penggunaan batang bawah tersebut dan
suburkan kembali pertumbuhannya agar dapat digunakan kembali sebagai batang
bawah setelah pertumbuhannya disuburkan beberapa waktu kemudian
Siapkan entres yang
diambil dari ranting bagian ujung dari pohon induk terpilih. Entres harus cukup
muda dengan kulit berwarna hijau atau hijau keabuan, potong semua daunnya dan
sisakan tangkai daun sepanjang kurang lebih 5mm yang berfungsi untuk melindungi
mata tunas di bagian ketiak tangkai daun saat plastik pengikat dililitkan ke
titik sambungan. Jangan gunakan entres yang kulitnya telah berwarna cokelat tua
atau coklat keabuan karena daya regenerasi entres seperti telah menurun,
sehingga kemampuannya untuk menumbuhkan tunas lebih rendah dibanding yang
diambil dari tunas muda di bagian ujung.
Entres bisa dipilih
mulai dari bagian pucuk hingga bagian bawah dengan 1-4 mata tunas, yang penting
kulit entres masih berwarna hijau atau hijau keabuan. Potong entres dengan 1-3
mata tunas, lalu iris miring sepanjang 2cm pada bagian pangkalnya dan usahakan
agar pengirisan tersebut hanya dilakukan dengan prinsip "sekali iris
langsung jadi". Pengirisan berkali-kali bisa membuat entres menjadi
sangat pendek ukurannya sehingga sulit untuk ditempelkan, selain itu pengirisan
berulang-ulang bisa menimbulkan resiko memar jaringan yang akhirnya memperkecil
persentase keberhasilan penyambungan tersebut.
Letakkan entres yang
telah disayat bagian pangkalnya, persis berhadapan dengan bidang sayatan kulit
batang bawah yang telah disiapkan sebelumnya, lalu tempelkan dengan tepat
sehingga terjadi pertemuan antara bidang iris entres dengan bidang sayatan
kulit batang bawah . Umumnya, entres tidak akan jatuh karena terjepit oleh
"lidah" kulit yang disisakan sebagai dudukan atau penyangga
entres.
Jepit titik sambungan
dengan ibu jari tangan agar entres tidak bergeser atau berubah posisinya.
Pergerakan entres yang berulang-ulang akan mengurangi tingkat keberhasilan
penyambungan karena bidang pertemuan entres dan batang bawah mengalami memar,
khususnya di bagian jaringan kambium batang bawah. Ikat bidang sambungan
menggunakan irisan plastik PE (polyethilene) yang tipis namun sangat lentur dan
kuat. Ikatan dimulai dari bawah, sekitar 5 mm dibawah sambungan, melingkar
sambil menarik plastik ke arah atas, menutup rapat seluruhnya hingga kira-kira
5 mm di atas entres yang ditempelkan.
Keseluruhan bidang
sambung dan entres telah tertutup rapat oleh lilitan plastik sehingga
mengurangi infiltrasi air dari luar yang bisa membuat entres membusuk,
sekaligus lilitan plastik tersebut membuat iklim mikro menjadi tetap lembab.
Fungsi lain dari lilitan plastik ini adalah mengurangi laju penguapan air
(evapotranspirasi) akibat metabolisme entres sehingga akhirnya entres tetap
berada dalam kondisi segar. Gunakan plastik PE (polietilen) yang tipis, sangat
lentur, namun kuat sebagai pengikat.
Plastik yang digunakan
sebagai pengikat mempunyai ketebalan 0,02mm, berbentuk lembaran yang kemudian
diris-iris menggunakan cutter, berukuran lebar 2-3cm dan panjang
10-15cm, disesuaikan dengan diameter batang bawah yang akan disambung sisip.
Bariskan dengan rapi semua bibit yang telah disambung sisip di tempat terbuka
untuk memudahkan pemeliharaan selama proses sambung sisip berlangsung.
Empat minggu pasca
penyambungan, plastik pengikat dapat dibuka seluruhnya. Jika entres tetap segar
dan berwarna hijau atau kehijauan, berarti sambungan berhasil, namun jika
entres menghitam dan mengering, hal tersebut adalah tanda bahwa proses
penyambungan gagal. Jika sambungan berhasil, biarkan 2-4 hari, setelah itu
potong setengah batang bawah setinggi 5-8cm di atas titik penyambungan.
Setelah dipotong setengah, tekuk batang atas ke arah bawah untuk
merangsang tunas agar tumbuh dengan cepat karena entres telah menyatu dengan
batang bawah.
Tunas akan tumbuh
dengan cepat pasca pemotongan batang utama (batang bawah) 5-8 cm di atas titik
sambungan. Penyinaran sinar matahari penuh akan merangsang laju pertumbuhan
tunas menjadi batang baru dengan cabang, ranting dan daun baru yang sempurna.
Tunas akan tumbuh dan berkembang sempurna 10-12 minggu pasca penyambungan.
2.2.3 Sambung Susu
Sambung
susu merupakah salah satu cara perbanyakan tanaman yang dikategorikan relatif
mudah. Dengan pengerjaan yang benar, dia memiliki tingkat keberhasilan diatas
80 % bahkan lebih. Sayangnya teknik ini akan merusak indukan tanaman yang
ada dan hasil bibit baru yang didapatkan lebih sedikit bila dibandingkan
dengan teknik okulasi misalnya.
Mengamati
beberapa jenis tanaman, ternyata teknik perbanyakan sambung susu adalah jalan
satu-satunya yang paling efektif dan efisien dalam memperbanyak jumlah
tanaman.
a). Alat dan Bahan :
1). Dua pohon sejenis
2). Tali plastik, pisau okulasi atau silet
b). Cara Kerja :
Proses
pembuatan bibit ini sendiri hingga siap panen memerlukan kurang lebih 3 bulan
lamanya. Batang bawah yang digunakan merupakan bibit dari biji yang
berumur minimal 1 tahunan. Inilah yang membuat harga dari bibit ini masih
relatif mahal, tapi paling tidak bisa mempercepat tanaman berbuah.
Penerapan
teknologi sambung susu yang dimodifikasi pada prinsipnya adalah penyatuan
batang 2 tanaman berbeda, setelah menyatu, batang dipotong sehingga kembali
menjadi 2 tanaman. Penyusuan dengan mengelupas bagian tertentu di batang bawah
dan batang entres.
Entres
adalah cabang pohon induk yang akan disusukan. Keduanya lalu ditempelkan dan
diikat erat. Dengan cara ini, peluang gagal masih besar karena bagian yang
melekat paling hanya seperempat lingkar batang dengan panjang tertentu. Batang
bawah dipotong membentuk huruf V terbalik. Calon batang bawah berupa tanaman
lokal yang diperbanyak dengan biji. Biji ditanam dalam polibag, tiap 1 polibag
hanya disemai 1 benih. Untuk entres syaratnya batang minimal sudah berwarna
hijau kecokelatan, atau berumur 3 bulan sejak keluar tunas.
Batang
entres disayat dari kulit ke arah kambium. Arahnya dari bawah ke atas membentuk
sudut sekitar 30o. Intinya, keratan jangan sampai mengenai kambium.
Nantinya ke dalam keratan itu batang bawah disisipkan. Karena bagian yang
menempel lebih banyak, peluang keberhasilan sambungan lebih baik.
Sebulan
sebelum disambung, calon batang bawah diberi satu sendok teh rata pupuk NPK.
Tujuan pemupukan agar tanaman menghasilkan banyak getah sehingga penyambungan
cepat terbentuk. Ukuran panjang batang bawah bervariasi. Paling aman 15 cm
dengan diameter minimal 1 cm atau sedikit lebih besar daripada pensil.
Jika
ingin mendapatkan bibit bersosok tinggi, ukuran batang bawah diperpanjang.
Risikonya, kemungkinan muncul tunas di batang makin besar. tunas asal batang
bawah tidak diinginkan karena bukan jenis unggul. Batang bawah yang digunakan
sepanjang 10 cm dengan panjang sayatan disesuaikan ukuran batang bawah, lalu tempelkan
batang bawah di bekas keratan entres. Ikat erat dengan plastik bening
pembungkus es. Ikatan melilit rapat seluruh bekas keratan. Biasanya lilitan
dimulai dari pangkal entres, ke atas menuju pucuk entres, kembali ke pangkal
entres, baru disimpul. Tujuannya agar air tidak masuk karena dapat menyebabkan
busuk.
Polibag
wadah batang bawah diikat pada satu atau dua bilah bambu yang ditancapkan ke
tanah, atau didudukkan di atas bangku yang tingginya disesuaikan. Tujuannya
agar entres tidak patah lantaran beban batang bawah, kedudukan tetap serta
ikatan kuat dengan plastik-membuat posisi sambungan stabil. Jika terjadi
pergeseran, dipastikan penyambungan gagal. Selama entres disusui, lakukan
penyiraman ke polibag batang bawah dan induk setiap hari.
Modifikasi
sambung susuan berhasil jika batang di kedua ujung ikatan terlihat menggembung
lebih besar daripada ikatan. Itu berarti bibit hasil persusuan siap dipisah
dari pohon induk. Pemisahan perlu waktu 1-1,5 bulan sejak proses penyusuan.
Untuk
memisahkan, mula-mula potong setengah lingkar batang bawah entres. Jika bibit
hasil susuan tetap segar, setengah batang tersisa dipotong seminggu kemudian.
Berbarengan dengan itu, ganti polibag bibit dengan ukuran lebih besar. Jika
sebelumnya memakai polibag berdiameter 10 cm tinggi 15 cm, pindahkan ke polibag
berdiameter 20 cm dengan tinggi sama. Gunakan media campuran tanah, sekam
bakar, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1.
Berikutnya,
letakkan bibit hasil susuan di tempat teduh dan siram tiap pagi dan sore, setelah
muncul tunas susuan new varietas siap dikeluarkan dan menerima sinar matahari
penuh. Pada sambung susu, entres mendapat pasokan nutrisi dari dua sumber,
induk asal entres dan batang bawah baru. Saat pasokan dari batang bawah baru
tersendat, ia masih mendapat pasokan dari induk.
2.2.4
Okulasi
/ Tempel
Ada
beberapa rahasia yang bisa memp engaruhi keberhasilan okulasi agar sukses dalam
mengokulasi tanaman buah :
a). Ketepatan
memilih mata tunas yang akan ditempel merupakan salah satu kunci keberhasilan
okulasi. Mata tunas yang dipilih harus yang berpotensi tumbuh. Ciri-cirinya
pada tanaman buah, pilih mata tunas yang sudah keluar tunas kecil. Sementara
untuk tanaman lain, disarankan mata tunas yang sama sekali belum bertunas. Untuk tanaman buah sering di akali dengan
cara perompesan/pelerengan. Caranya dengan pangkas habis daun pada pucuk pohon
mangga. Perompesan daun akan memacu
tumbuhnya tunas baru. Tunas baru itulah yang bisa dipakai.
b). Perhatikan
juga cara membuat sayatan batang induk dan batang atas. Kayu dari pohon induk
tak boleh tersayat. Bahkan kambium, semacam lendir licin yang menempel pada
kayu induk tak boleh hilang. Soalnya kambium berfungsi untuk lalu-lintas
makanan dari daun ke tubuh tanaman. Kalau kambium hilang suplai makanan ke mata
tempel tidak ada. Tunas baru pun tidak bakal tumbuh. Tak boleh ada kayu yang
tertinggal di kulit mata tempel. Supaya mudah dalam membuat sayatan, potong
cabang yang akan diambil mata tempelnya. Siapkan dulu mata tempel dari cabang
atas. Baru kemudian sayat pohon induk. Tujuannya agar kambium tidak kering.
Pakailah pisau yang tajam dan steril supaya hasil sayatannya rapi dan higienis.
c). Mengikat
mata tempel juga tidak boleh sembarangan. Ikatan harus rapat sampai angin tak
bisa masuk ke tempelan. Harus pas, tidak boleh terlalu kencang tidak juga
terlalu longgar. Kulit mata tunas menempel dengan sempurna sudah cukup. Kalau
terlalu kencang, bisa tercekik. Mata tunas boleh ikut ditutup, boleh juga tidak
ditutup. Mata tunas yang ditutup punya kelebihan. Gangguan dari luar, terutama
air tidak bisa masuk. Tapi ikatan pada mata tunas tak boleh kencang. Supaya
tunas bisa tumbuh. Kalau mata tunas tidak ditutup harus dipastikan air tidak
menyentuh tempelan. Soalnya, entres bisa busuk kalau kena air.
d). Sewaktu
melakukan okulasi, kerja harus cepat. Sayatan di pohon induk tidak boleh
terlalu lama di udara terbuka. Begitu juga dengan sayatan mata tempel. Kalau
terlalu lama kambium pada kayu bisa kering. Agar kerja bisa cepat dan tak
terganggu, sebaiknya siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan terlebih
dahulu. Agar sewaktu bekerja tak lagi perlu cari-cari alat
yang dibutuhkan. Siapkan dulu mata tempel, baru sayat batang induk. Ada lagi
cara untuk menyiasati kelambatan kerja. Bekerjalah di tempat yang teduh.
Sebaiknya lakukan pada pagi atau sore hari. Terik matahari tentu akan
mempercepat, kambium menjadi kering. Sebaiknya letakkan hasil okulasi di tempat
teduh. Selain menghindari terik matahari, juga agar tak ada air yang masuk ke
sambungan.
2.3 Tujuan
Penggunaan Teknik Sambung
Beranalogi
dari tujuan perkembangbiakan secara vegetatif buatan kita dapat mengetahui
bahwa tujuan utamnya adalah untuk menghasilkan tumbuhan baru dengan varietas
yang berbeda dalam waktu yang relatif singkat.
Namun sebenarnya ada beberapa tujuan
lain dari penggunaan teknik sambung ini dia antaranya :
a). Untuk mendapatkan bibit tanaman baru.
b). Untuk
membantu pertumbuhan.
c).
Untuk menyambung atau menghubungkan jaringan yang terpisah.
Tujuan
teknik sambung ini bergantung kepada setiap individu yang akan melakukan
penyambungan pada tumbuhan. Keberhasilan teknik sambung ini sangat erat
kaitannya dengan langkah langkah yang digunakan dalam melakukan penyambungaan
taman. Dan perlu diingat bahwa sebelum melakukan penyambungan tanaman kita
harus terlebih dahulu menentukan tujuan dari penyambungan tanaman tersebut agar
langkah dan media yang digunakan tepat dan mendapat hasil yang memuaskan.
Kunci dari keberhasilan sambung pucuk ini adalah
penggunaan alat yang harus steril dan terhindar dari bakteri yang dapat merusak
sambungan dan juga tetap menjaga kesuburan tanah agar hasil dari sambungan
dapat tumbuh dengan optimal.
2.4. Pembibitan Vegetatif Buatan menunjang
Ketersediaan Pangan Nasional.
Untuk memenuhi kondisi pangan yang
cukup dalam kualitas dan kuantitasnya maka salah satu caranya adalah dengan
tersedianya pangan secara berkelanjutan demi memenuhi kebutuhan dan
keberlangsungan hidup manusia. Sektor Pertanian Hortikultura merupakan salah
satu faktor penting dalam menunjang ketersediaan pangan nasional yang nantinya
bisa berimbas kepada ketahanan pangan secara nasional.
Pembibitan Vegetatif Buatan
merupakan teknik yang harus dikembangkan karena sangat bermanfaat untuk
kedepannya dalam keberlangsungan tanamana Hortikultura ini. Dengan
penerapan teknik pembibitan vegetatif akan diperoleh bibit yang memiliki
struktur genetik yang sama dengan induknya, sehingga penggunaan materi genetik
yang unggul sebagai bahan untuk perbanyakan merupakan kunci untuk menghasilkan
anakan yang berkualitas. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada
di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang
memiliki akar, batang, dan daun sekaligus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa Perbanyakan Genetika dengan Pembibitan Vegetatif
Buatan teknik sambung merupakan salah satu teknik yang terbaik untuk menghasilkan
tumbuhan dengan varietas yang baru dengan cara yang amat mudah dan simpel.
Selain itu kita juga dapat mengetahui bahwa sebenarnya sangat banyak teknik
sambung yang dapat kita gunakan untuk menghasilkan tumbuhan baru dengan
varietas yang lebih unggul khususnya pada tanaman kelengkeng. Keberhasilan dari
suatu teknik sambung tergantung dari kehati-hatian kita terhadap alat yang digunakan
agar terhindar dari bakteri serta kesetiaan kita dalam memperhatikan kondisi
tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman secara optimal.
Pembibitan
Vegetatif buatan ini mampu menunjang ketersediaan pangan secara nasional di
sektor pertanian Hortikultura dan tentunya mampu menunjang ketahanan pangan
secara nasional karena mampu mengelola sumber daya yang ada untuk kepentingan
pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia sekaligus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas lingkungan (sustainable agricultur).
3.2 Saran
Adapun saran dari penulis berdasarkan simpulan di atas
adalah sebagai berikut:
a). Dengan
pembuatan makalah mengenai perbanyakan genetika dengan pembibitan vegetatif
buatan teknik sambung pada tumbuhan kelengkeng penulis menyarankan agar pembaca
tidak hanya mengetahui makna dan jenis dari menyambung tetapi juga dapat
mepraktekkan sendiri bagaimana teknik sambung ini digunakan dan setidaknya
dapat memberi informasi tentang keseluruhan dari teknik sambung tersebut dengan
kata lain dapat menjawab pertanyaan pertanyaan dan masalah yang berkaitan
mengenai teknik sambung serta langkah-langkah dalam menyambung.
b).
Pemerintah agar lebih memperhatikan sektor pertanian Hortikultura yang
mempunyai pengaruh yang besar dalam menunjang ketersediaan pangan secara
nasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Jarnanto A, 2010. Pertanian Berkelanjutan.
(htpp://tanimulya.blog.com/2010/06/13/pertanian-berkelanjutan). Diakses
tanggal 22 Oktober 2013 jam 20.02 WIB)
Mangoendidjojo, W.
2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman.
Kanisius. Yogyakarta
Raharja, PC. dan
Wiryanta, W. 2003. Aneka Cara
Memperbanyak Tanaman. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Siappp
BalasHapusideskripsi.com